● Definisi
Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah
penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif
hipotesis tidak dirumuskan, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis.
Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji dengan pendekatan kuantitatif.
● Ciri-ciri Hipotesis yang baik
1. Hipotesis harus menduga Hubungan diantara
beberapa variabel
Hipotesis harus dapat menduga hubungan antara
dua variabel atau lebih, disini harus dianalisis variabel-variabel yang
dianggap turut mempengaruhi gejala-gejala tertentu dan kemudian diselidiki
sampai dimana perubahan dalam variabel yang satu membawa perubahan pada
variabel yang lain.
2. Hipotesis harus Dapat Diuji
Hipotesis harus dapat di uji untuk dapat
menerima atau menolaknya, hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan data-data
empiris.
3. Hipotesis harus konsisten dengan keberadaan
ilmu pengetahuan
Hipotesis tidak bertentangan dengan
pengetahuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam beberapa masalah, dan
terkhusus pada permulaan penelitian, ini harus berhati-hati untuk mengusulkan
hipotesis yang sependapat dengan ilmu pengetahuan yang sudah siap ditetapkan
sebagai dasar. Serta poin ini harus sesuai dengan yang dibutuhkan untuk
memeriksa literatur dengan tepat oleh karena itu suatu hipotesis harus
dirumuskan bedasar dari laporan penelitian sebelumnya.
4. Hipotesis Dinyatakan Secara Sederhana
Suatu hipotesis akan dipresentasikan kedalam
rumusan yang berbentuk kalimat deklaratif, hipotesis dinyatakan secara singkat
dan sempurna dalam menyelesaikan apa yang dibutuhkan peneliti untuk membuktikan
hipotesis tersebut.
● Kegunaan Hipotesis
● Kegunaan Hipotesis
Terdapat tiga alasan utama
yang mendukung pandangan ini, di antaranya:
1. Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti
kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan untuk
menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari
konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai konflik.
2. Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan
kemungkinan benar atau tidak benar atau di falsifikasi.
3. Hipotesis adalah alat yang besar dayanya
untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya
sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau
salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun
dan mengujinya.
● Tahap - tahap Penelitian
● Tahap - tahap Penelitian
1. Penentuan masalah
Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan
pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa
yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori
atau dalil-dalil ilmu yang sudah diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya
dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran
ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat bentuk perumusan masalah.
2. Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer
(preliminary hypothesis).
Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi
pangkal bertolak dari semua kegiatan. Ini digunakan juga dalam penalaran
ilmiah. Tanpa hipotesa preliminer, pengamatan tidak akan terarah. Fakta yang
terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi,
karena tidak relevan dengan masalah yang dihadapi. Karena tidak dirumuskan
secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis
keseluruhan penelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan
untuk melakukan uji coba sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.
3. Pengumpulan fakta.
Dalam penalaran ilmiah, di antara jumlah fakta
yang besarnya tak terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan
hipotesa preliminer yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan
memilih fakta.
4. Formulasi hipotesa.
Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau
intuisi, dimana logika tidak dapat berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesa
diciptakan saat terdapat hubungan tertentu di antara sejumlah fakta. Sebagai
contoh sebuah anekdot yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa,
diceritakan bahwa sebuah apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya
dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula
dilihat hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.
5. Pengujian hipotesa
Suatu hipotesis harus dapat diuji berdasarkan data empiris, yakni berdasarkan apa yang dapat diamati dan dapat diukur. Untuk itu peneliti harus mencari situasi empiris yang memberi data yang diperlukan. Setelah kita mengumpulkan data, selanjutnya kita harus menyimpulkan hipotesis , apakah harus menerima atau menolak hipotesis. Ada bahayanya seorang peneliti cenderung untuk menerima atau membenarkan hipotesisnya, karena ia dipengaruhi bias atau perasangka. Dengan menggunakan data kuantitatif yang diolah menurut ketentuan statistik dapat ditiadakan bias itu sedapat mungkin, jadi seorang peneliti harus jujur, jangan memanipulasi data, dan harus menjunjung tinggi penelitian sebagai usaha untuk mencari kebenaran.
6. Aplikasi/penerapan.
Apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan
menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus
terbukti cocok dengan fakta. Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan
dengan fakta.
Referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Hipotesis
https://gultomhans.wordpress.com/2013/06/10/hipotesis-penelitian-2/
0 komentar:
Posting Komentar